5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Noor H. Dee
5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Halo, ketemu lagi dengan saya, Noor H. Dee, editor dan penulis buku anak. Sebelumnya saya sudah menulis artikel 5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak, kali ini saya akan menulis artikel 5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal. Siapa tahu saja kalian terhibur.

Selama menyimak!

1. Enid Blyton, Pengarang Lima Sekawan

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Sebelum Enid Blyton menjadi penulis terkenal Lima Sekawan, orangtuanya menginginkan Enid menjadi pemain piano. Namun, Enid meninggalkan pelajaran musiknya dan berlatih menjadi seorang guru. Saat menulis cerita, Enid bilang bahwa dia tidak pernah merencanakan apa-apa. Dia hanya membiarkan imajinasinya mengalir dengan liar begitu saja. Enid biasanya menulis 10.000 kata perhari! Seumur hidupnya, dia telah menulis lebih dari 600 buku anak, dan buku-bukunya telah terjual lebih dari 600 juta eksemplar!

2. J.M. Barrie, Pengarang Peter Pan

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

J.M. Barrie masih berusia enam tahun saat saudara lelakinya, David, meninggal dunia dalam kecelakaan ice-skating. Kematian itu membuat ibu mereka putus asa. David adalah anak kesayangannya, dan dia meninggal dua hari sebelum ulang tahunnya yang keempat belas. Untuk menghibur ibunya, J.M. Barrie muda memutuskan untuk menggantikan saudaranya. Dia mengenakan pakaian David, berjalan dengan gaya berjalannya David, dan bahkan dia belajar cara bersiul David. Ibu J.M. Barrie akhirnya bisa mengatasi depresinya, tapi bukan karena perilaku aneh Barrie. Ibunya menghibur dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa David akan tetap bersamanya selama-lamanya sebagai anak laki-laki yang tidak akan pernah tumbuh dewasa. J.M. Barrie sangat menyukai gagasan tersebut sehingga akhirnya dia menciptakan sebuah cerita legendaris sepanjang masa: Peter Pan.

3. C.S. Lewis, Pengarang The Chronicles of Narnia

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Saat menulis versi pertama The Lion, The Witch, and The Wardrobe (bagian pertama dari The Chronicles of Narnia), Lewis menunjukkannya kepada teman-temannya. Ternyata, mereka mengkritik naskah tersebut. Tanpa pikir panjang, Lewis segera menghancurkan naskah itu dan dia menulis ulang dari nol.

4. Road Dahl, Pengarang Charlie and The Chocolate Factory

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Sebelum menjadi pengarang cerita anak legendaris, Road Dahl adalah pilot pesawat tempur pada saat Perang Dunia II. Dia pernah bertempur melawan enam pesawat musuh sendirian. Bahkan, dia pernah membuat dua puluh pesawat Jerman berakhir menjadi tumpukan sampah logam berasap yang tidak berguna. Pada 1940, dalam salah satu misi penerbangannya, Road Dahl jatuh di padang pasir karena dia telah diberi tahu arah yang salah. Untungnya dia selamat, sehingga kita bisa membaca karya-karyanya yang sangat menakjubkan.

5. H.C. Andersen, Pengarang dongeng The Ugly Duckling

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Siapa yang tidak mengenal pengarang dongeng ini? Nama H.C. Andersen begitu mendunia karena karya-karya dongeng anaknya. Namun, tahukah kalian, bahwa pada awalnya kisah-kisah dongeng H.C. Andersen tidak terkenal? Butuh waktu hampir 10 tahun sebelum akhirnya semua dongeng-dongengnya diterima dengan baik oleh anak-anak dan orangtua. Karya-karyanya terjual habis. Andersen berusia 30-an tahun saat dia menulis dongeng-dongengnya, tapi semuanya tidak ada yang berhasil sampai akhirnya dia berusia 40-an tahun. Jadi, kalau kamu merasa belum sukses-sukses dalam menulis cerita anak, mudah-mudahan kisah H.C. Andersen ini bisa kamu jadikan sebagai penyemangat kamu.

Sekian.[]

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Noor H. Dee

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Halo, Teman-Teman. Terima kasih sudah sudi mampir ke blog ini. Semoga apa yang saya tulis di sini bisa memberikan manfaat untuk kalian semua.

Kali ini saya ingin membahas 5 fakta menarik seputar sastra anak. Selamat membaca.

1. Picture Book Pertama di Dunia


Orbis Pictus (Visible World in Pictures) karangan John Amos Comenius ini adalah picture book pertama di dunia yang diterbitkan pada 1658 di Nuremberg, dalam bahasa latin dan Jerman. Edisi bahasa Inggrisnya terbit pada 1659. Buku ini terbagi dalam 150 bab yang mencakup berbagai topik: alam, botani, zoology, agama, dan manusia.

Jika penasaran ingin tahu bukunya seperti apa, silakan baca di sini: Orbis Pictus.

2. Buku Pop-Up Pertama di Dunia

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Pada  1879-1950, lahirlah seorang manusia cerdas nan kreatif yang menerbitkan buku mekanis dengan struktur tiga dimensi: Stephen Louis Giraud. Giraud menerbitkan buku yang bisa berdiri tegak ketika halaman buku dibuka. Itulah buku yang dianggap sebagai buku pop-up pertama di dunia.

(Baca juga Sejarah Singkat Buku Pop-Up)

3. Picture Book Pertama yang Tokoh Utamanya Berkulit Hitam

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Picture book berjudul The Snowy Day karya Ezra Jack Keats, yang diterbitkan pada 1962, dikenal sebagai picture book pertama yang tokoh utamanya adalah seorang anak Afrika-Amerika berkulit hitam. Sebelumnya, tokoh utama dalam buku-buku anak selalu berkulit putih. Sangat sulit menemukan buku-buku anak yang tokoh utamanya berkulit hitam pada masa itu.

4. Aesop adalah Seorang Budak Buruk Rupa

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Aesop adalah tukang cerita asal Yunani. Kumpulan dongengnya kita kenal dengan sebutan Fabel Aesop. Ciri khas ceritanya adalah tokoh-tokohnya selalu berasal dari hewan atau benda mati yang bisa berbicara dan memiliki karakteristik seperti manusia. Keberadaan Aesop memang belum jelas, tetapi filsuf seperti Aristotle dan Herodotus pernah menulis tentang dirinya. Dan, dalam sebuah karya sastra kuno yang berjudul The Aesop Romance, Aesop diceritakan sebagai seorang budak buruk rupa yang memperoleh kebebasan karena kepandaiannya dan kemudian menjadi penasihat raja.

5. Alice in Wonderland Pernah Dilarang di China

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Dulu, buku Alice in Wonderland karangan Lewis Carroll pernah dilarang di China. Pada 1931, Jenderal Ho Chien berkata, "Beruang, singa, dan binatang lainnya tidak bisa menggunakan bahasa manusia. Itu adalah penghinaan terhadap umat manusia."

Demikianlah 5 fakta menarik seputar sastra anak yang bisa saya tulis. Semoga terhibur. Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya. Tentu saja masih seputar sastra dan buku anak.

Kelas Penulisan Cerita Anak Komite Sastra DKJ Bersama Reda Gaudiamo (Bagian 1)

Noor H. Dee


Metode menulis cerita ada banyak: ada snowflake method, three-act structure, dan lain sebagainya.

Menulis cerita anak pun seperti itu, metodenya bisa dibilang cukup beragam.

Itu sebabnya, meskipun pernah ikut lokakarya The Art of Creating Narration for Picture Books yang diadakan oleh SCBWI Indonesia (kalian bisa melihat catatan saya tentang lokakarya ini di sini), saya nekat mengirim cerita anak saya ke acara Kelas Penulisan Cerita Anak Bersama Reda Gaudimo untuk diseleksidan alhamdulillah cerita anak saya lolos.

Sebelum ikut mendaftar kelas itu, teman kantor saya sempat berkomentar, "Elu ngapain sih masih ikut-ikutan acara kayak gitu? Kasih kesempatan untuk yang lain."

Ada tiga alasan mengapa saya mengikuti acara itu: pertama, saya masih merasa bodoh dalam dunia sastra anak dan merasa masih perlu terus belajar. Kedua, seperti yang sudah saya bilang di awal tulisan, metode menulis cerita itu ada banyak, jadi saya ingin mempelajari (kalau bisa) semua metode itu. Ketiga, acara ini diselenggarakan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Seumur hidup saya, setahu saya, DKJ belum pernah memberikan perhatian kepada sastra anak. Baru tahun ini saja DKJ berlaku seperti ini (saya sangat mengapresiasi DKJ atas usahanya ini. Thanx!)

Kelas Penulisan Cerita Anak Bersama Reda Gaudiamo ini akan dilaksanakan selama 8 kali pertemuan, dan durasi setiap pertemuan berlangsung selama dua jam. Jumat kemarin (14 Oktober 2017) adalah pertemuan perdana.

Insya Allah saya akan mencatat apa yang saya peroleh dari kelas tersebut untuk kemudian saya taruh di blog ini secara berkala. Siapa tahu saja kamu bisa mendapatkan manfaatnya. Aamiin.

Oke, mari kita mulai.

Mengapa menulis cerita anak?

Pada pertemuan perdana ini, Mbak Reda memulai kelas dengan pertanyaan: mengapa memilih menulis cerita anak? Apa yang menarik dari penulisan cerita anak?

Mbak Reda memberikan enam jawaban:

1. Karena, banyak ide yang harus dieksplorasi segera.
2. Karena, bermain dengan gambar dan kata itu seru.
3. Karena, ingin turut serta dalam upaya mencerdaskan anak.
4. Karena, pada dasarnya semua orang suka bercerita.
5. Karena, cerita anak hampir selalu menguntungkan, selalu tumbuh (baik jumlah judul maupun omzetnya), dan tak kenal musim.
6. Karena, menulis buku anak (dianggap) lebih gampang daripada menulis novel untuk dewasa.

Untuk poin no. 3, Mbak Reda memberikan data survey tahun 2015 dari Scholastic Books bahwa 71% orangtua percaya bahwa buku membantu anak bisa berpikir kritis.

Untuk poin no. 5, Mbak Reda memberikan data dari IKAPI tahun 2014 bahwa prosentasi omzet buku anak adalah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan buku fiksi dan kesusastraan lainnya. Perbandingannya 22,64% vs 12,89%.

Untuk poin no. 6, Mbak Reda memberikan bantahan terhadap anggapan orang-orang yang mengatakan menulis buku anak itu gampang.

"Menulis buku anak itu enggak gampang. Untuk menulis buku anak, saya membutuhkan waktu empat tahun," ujar Mbak Reda.

Definisi cerita anak

Mbak Reda kemudian menjelaskan definisi buku anak. Dalam presentasinya, Mbak Reda mengutip Children Literature according to Library of Congress, yang berbunyi:
"Cerita anak: cerita yang ditulis, diterbitkan sebagai bahan bacaan, hiburan, informasi (pengetahuan) untuk anak-anak, atau anak praremaja."

Mbak Reda juga mengutip pendapat Robyn Opie Parnell yang terdapat dalam buku How to Write a Great Children's Books, bahwa cerita anak adalah,
"Cerita dengan tokoh anak, dan pembacanya anak-anak juga. Dalam cerita, sang tokoh bisa menyelesaikan masalahnya dengan upayanya sendiri (bantuan dari tokoh orang dewasa/orangtua dibuat seminimal mungkin, atau bahkan tidak ada sama sekali)."

Kategori dan genre

Setelah itu, Mbak Reda mulai menjelaskan beberapa macam kategori atau format buku anak (isi pembahasannya hampir serupa dengan pembahasan saya di sini).

Mbak Reda juga memberikan penjelasan kepada kami tentang genre yang terdapat dalam buku anak. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Fiksi Sain: The Hobbit (JR. Tolkien) dan Terlontar ke Masa Silam (Djoko Lelono)
Fantasi: Harry Potter (JK Rowling) dan Charlie & The Chocolate Factory (Road Dahl)
Cerita Horor: The Graveyard Book (Neil Geiman)
Biografi: Good Night Stories for Rebel Girls (Elena Favilli & Francesca Cavallo)
Edukasi/Pembelajaran: Horrible Histories Series (Terry Deary & Peter Hepplewhite)
Religi dan Keragaman: The Genius of Islam (Bryn Barnard)
Orientasi Gender (buku yang ditulis khusus untuk anak perempuan atau anak laki-laki saja)
Karakter Berlisensi: misalnya buku-buku Disney.

Saat menjelaskan beragam jenis kategori atau format dan genre buku anak, Mbak Reda mengeluarkan koleksi buku-buku anaknya yang keren-keren sebagai contoh. Tidak tanggung-tanggung, Mbak Reda sampai membawa koleksi buku-bukunya sebanyak tas ransel berukuran besar. Saya takjub melihatnya. Terlihat sekali betapa Mbak Reda benar-benar mencintai buku anak. Semuanya terbitan luar negeri.

Saat sesi tanya jawab, seorang peserta bertanya, "Mengapa contoh-contoh buku ini kebanyakan terbitan luar? Apakah buku anak terbitan lokal tidak ada yang bagus?"

Mbak Reda menjawab, "Waktu di Frankfurt Book Fair, saya melihat buku-buku anak lokal sudah bagus-bagus juga. Tapi kayaknya susah dapetinnya, ya."

Mbak Reda juga sempat bilang bahwa untuk buku-buku bayi seperti boardbook terbitan lokal juga sudah bagus-bagus.

Latihan #1

Kemudian, Mbak Reda meminta kami untuk menulis satu judul buku yang paling berkesan dan berikan alasannya. Para peserta, termasuk saya, pun menulis tentang buku apa yang paling berkesan. Saya, tentu saja, menulis judul buku The Giving Tree karya Shel Sylverstein.

Anak-anak, buku anak, dan menulis menurut Reda Gaudiamo

- Anak-anak itu makhluk cerdas. Bahkan, kadang lebih cerdas dari ayah ibunya. Jadi, jangan anggap remeh mereka.
- Isu serius bisa disampaikan pada anak-anak.
- Buku anak yang baik, akan disuka oleh orang dewasa.
- Buku cerita anak, bukan buku pelajaran agama. Jadi, tak perlu berisi khotbah.
- Menulis dengan baik dimulai dari membaca buku-buku yang baik.
- Menulis buku anak: menulis dengan bahasa yang baik dan benar.
- Menulis dengan sederhana, itu perlu latihan.
- Menguasai tata bahasa: PENTING!
- Tokoh utama dalam cerita anak: ANAK!
- Tokoh muncul lebih dulu, jalan cerita mengikuti.

Latihan #2

Mbak Reda menjelaskan tentang betapa pentingnya tokoh cerita.

"Saya terbiasa menciptakan tokoh ceritanya dulu, baru setelah itu cerita akan muncul kemudian," kata Mbak Reda.

Kemudian, untuk melatih membuat karakter, Mbak Reda meminta kami untuk mendeskripsikan sahabat terdekat kami; lengkap dengan tingkah lakunya, gaya bicaranya, kebiasaannya, warna kesukaannya, dan lain sebagainya.

Kami pun mulai sibuk menulis tentang sahabat kami masing-masing. Saya menulis tentang siapa? Tentu saja tentang Petet, sahabat terbaik saya. Hahaha.

Ada hal menarik dalam latihan ini. Ternyata, menulis tentang sahabat sendiri itu sangat menyenangkan. Ketika masing-masing peserta disuruh membacakan hasil tulisannya, saya mendengar kisah-kisah sahabat yang lucu dan unik. Bahkan, ada yang bisa langsung dijadikan sebuah cerita.

PR

Ternyata Mbak Reda memberikan kami PR yang harus kami kerjakan di rumah. Oh tidak! Tugasnya adalah membuat ulasan tentang tokoh utama dalam buku Na Willa: Serial Catatan Kemarin karangan Mbak Reda dan menuliskan kembali deskripsi tokoh dengan detail dari cerita yang pernah kami kirimkan untuk seleksi acara ini.

Sebelum kelas berakhir, para peserta mendapatkan buku Na Willa! Yihaaa! Dan, acara pun berakhir dengan meminta tanda tangan Mbak Reda. :D

Demikianlah catatan mengenai kelas penulisan cerita anak bersama Reda Gaudiamo. Tunggu catatan-catatan saya berikutnya, ya. Terima kasih.

Semoga bermanfaat!

(Di bawah ini ada beberapa foto yang menggambarkan suasana kelas. Foto diambil dari dokumentasi DKJ)






Apakah penulis buku anak harus memahami psikologi anak?

Noor H. Dee
Apakah penulis buku anak harus memahami psikologi anak?

Menulis buku anak memang tidak mudah. Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, seperti jumlah kata dalam kalimat, jumlah kalimat dalam paragraf, jumlah paragraf dalam halaman, dan hal-hal lainnya seperti soal ilustrasi yang tidak boleh tumpang tindih dengan teks, penokohan yang harus kuat, alur cerita yang harus bergerak maju (tidak boleh flashback), tema yang harus akrab dengan keseharian anak, dan lain sebagainya. Semua hal di atas harus dipikirkan dengan baik oleh mereka yang ingin menjadi penulis buku anak.

Namun, selain hal-hal teknis di atas, apakah penulis buku anak juga harus memahami psikologi anak? Atau, lebih ekstremnya lagi, apakah penulis buku anak harus menjadi seorang psikolog anak?

Jawaban sederhananya: harus dan tidak harus.

Harus: jika buku anak yang ingin kita tulis adalah tentang psikologi anak.

Tidak harus: jika buku anak yang ingin kita tulis bukan tentang psikologi anak.

Misalnya kamu ingin memperkenalkan teori-teori psikologi anak kepada para pembaca anak-anak, dan kamu ingin menulis buku tentang hal itu, otomatis kamu memang harus memahami atau bahkan menjadi seorang psikolog anak.

Namun, jika bukumu bukan tentang psikologi anak, ya, tidak perlu.

Eric Carle, penulis buku klasik The Very Hungry Caterpillar, adalah seorang seniman dan bukan seorang psikolog anak. Namun, buku-bukunya berhasil membuat anak-anak terpukau sampai sekarang.

Maurice Sendak, penulis buku klasik Where The Wild Thing Are, adalah seorang seniman dan bukan seorang psikolog anak. Namun, bukunya telah masuk ke dalam daftar buku anak yang harus dibaca oleh anak-anak.

Shel Sylverstein, penulis buku The Giving Tree, adalah seorang penyair, penulis lagu, kartunis, dan bukan seorang psikolog anak. Namun, bukunya telah menyihir anak-anak yang membacanya.

Antone de Saint-Exupery, penulis buku The Little Prince, adalah seorang penulis, penyair, jurnalis, dan bukan seorang psikolog anak. Namun, bukunya telah dibaca dan disukai baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Drs. Suyadi atau lebih dikenal dengan Pak Raden, penulis buku-buku legendaris Seribu Kucing untuk Kakek dan Pedagang Peci Kecurian, adalah seorang pelukis, dalang, pendongeng, dan bukan seorang psikolog anak. Namun, buku-bukunya telah berhasil menghibur anak-anak.

Tentu saja masih banyak daftar nama penulis anak yang bukan berasal dari latar belakang psikologi anak. Di sini, saya hanya ingin menyebut beberapa saja.

Intinya, penulis buku anak tidak harus menjadi seorang psikolog anak atau harus memahami terlebih dahulu teori-teori tentang psikologi anak. Tidak harus.

Menulis buku anak itu sulit, jadi jangan tambah dipersulit dengan syarat-syarat yang memang tidak perlu.

Kira-kira begitu.

Lagi, Lagi, dan Lagi! Mengapa Anak-Anak Senang Repetisi?

Noor H. Dee
www.noorhdee.com
(sumber: Getty Images/FatCamera)
Anak-anak tidak pernah bosan menonton film Zootopia berkali-kali, tidak pernah jenuh membaca buku seri Nabil dan Naura berulang kali, dan tidak pernah jemu mendengarkan lagu yang itu-itu saja dari waktu ke waktu.

Kenapa bisa begitu? Karena, anak-anak senang repetisi. Mereka senang melakukan hal yang sama secara berulang-ulang.

Mengapa anak-anak senang repetisi? Karena, repetisi atau pengulangan membuat mereka bisa melakukan prediksi atas apa yang akan terjadi nanti.

Anak-anak jadi bisa menebak apa yang nanti akan dilakukan oleh Judi Hopps, Nabil dan Naura, dan tokoh-tokoh cerita yang sudah mereka tonton atau baca berulang-ulang.

Anak-anak menyenangi segala hal yang sudah bisa mereka prediksi.

Itu sebabnya, salah satu hal yang diunggulkan dalam buku anak (khususnya picture books) adalah repetisi.

Buku-buku picture books yang terkenal pasti memiliki unsur repetisi di dalamnya. Tokoh-tokoh ceritanya melakukan aksi yang sama secara berulang-ulang sampai akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Anak-anak menyukai cerita-cerita semacam itu.

Selain itu, repetisi atau pengulangan ternyata adalah cara anak-anak untuk mempelajari sesuatu.

Repetisi membuat mereka mudah mengingat informasi yang telah mereka dapat sebelumnya. Semakin sering mereka membaca buku yang sama secara berulang-ulang, kecerdasan bahasa mereka semakin terasah.

Repetisi adalah cara mereka untuk menjadi seorang master atas segala sesuatu.

Jadi, ketika anak-anak kita minta dibacakan buku yang sama berulang-ulang, atau ingin menonton film kartun yang sama berkali-kali, alangkah baiknya kita jangan berkata, "Emang kamu enggak bosen apa? Cerita atau film yang lain saja, ya?"

Sebab, repetisi atau pengulangan adalah jalan bagi seorang anak untuk memahami dunia.[]

Coprights @ 2017, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates