Tips Menulis Picture Books (bagian 3-habis)

Noor H. Dee


Ini adalah artikel terakhir dari seri tips menulis picture books yang saya dapat dari acara loka karya SCBWI Indonesia.

Jika ingin membaca dua artikel sebelumnya, silakan baca Tips Menulis Picture Books (bagian 1) dan Tips Menulis Picture Books (bagian 2).

Kali ini kita akan membahas langkah-langkah  apa saja yang harus kita tempuh ketika ingin menulis picture books dan pertanyaan-pertanyaan penting seputar merevisi cerita.

Langkah-langkah ini tidak mesti berurutan. Kita bisa memulai dari mana saja. Namun, ketika ingin menulis picture books, kita akan melalui langkah-langkah ini.

Happy reading!

Permulaan ide: konsep/tema/topik

Temukan ide ceritamu. Ide cerita tentu saja bisa datang dari mana saja, toh? Tugas kita hanya memungutnya dengan cuma-cuma. Selain itu, buat konsep ceritamu. Temanya apa? Topik ceritanya apa?

Membuat struktur cerita: awal-tengah-akhir

Rencanakan dengan matang untuk memasukkan elemen-elemen ceritamu ke dalam struktur plot picture books kamu. Seperti apa awal-tengah-akhir ceritamu. Seperti yang sudah pernah saya bahas di artikel pertama, pikirkanlah awal dan akhir ceritamu, setelah itu bagian tengah ceritamu akan lebih mudah untuk ditemukan.

Menciptakan karakter yang memicu aksi dan membangkitkan emosi

Tidak ada karakter maka tidak akan ada cerita. Karakter adalah elemen yang akan membuat ceritamu hidup dan bernyawa. Apa yang membuat karakter itu menjadi ekemen penting untuk pengembangan ceritamu?

Menulis teks cerita

Saatnya menulis! Pilihlah gaya dan bahasa yang tepat untuk usia pembaca ceritamu. Tulislah dengan bahasa yang jernih dan jelas.

Merevisi cerita

Revisi, revisi, revisi! Tidak ada tulisan yang langsung jadi. True writing is rewriting. Menulis ulang adalah penulisan yang sesungguhnya. Baca kembali dengan saksama keseluruhan ceritamu dan jangan pernah ragu untuk merevisinya!

Draf final

Ini adalah akhir dari proses penulisanmu. Segalanya sudah beres di tahap ini. Sekarang adalah saatnya mengirim tulisanmu ke penerbit!

Sekian. Seperti itulah langkah-langkah penulisan picture books yang harus kita lalui.

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana kita tahu bahwa cerita kita butuh direvisi? Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang dibutuhkan ketika ingin merevisi cerita?

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan seputar merevisi cerita.

1. Apakah karakter cerita kita sudah cukup bersahabat dengan anak?
2. Apakah plot yang kita susun sudah cukup menarik bagi para pembaca anak?
3. Apakah cerita kita sudah cukup jernih alurnya dari awal, tengah, dan akhir?
4. Apakah bahasa yang kita tulis sudah sesuai untuk para pembaca pemula?
5. Akankah anak-anak akan mendapatkan kesenangan saat membaca cerita kita?

Demikianlah. Sekarang, saatnya menulis picture books-mu sendiri!

(Terima kasih kepada SCBWI Indonesia, Komite Buku Nasional, Litara, Alfredo Santos, dan para peserta loka karya lainnya!)

Tips Menulis Picture Books (bagian 2)

Noor H. Dee


Artikel ini lanjutan dari Tips Menulis Picture Books (bagian 1)

Di tulisan sebelumnya saya sudah membahas elemen yang terdapat di picture books, pembuatan karakter, dan struktur plot.

Kali ini saya ingin membahas perangkat narasi yang saya dapatkan ketika mengikuti loka karya SCBWI beberapa hari lalu.

Ayo kita mulai!

Alfredo Santos mengenalkan beberapa perangkat narasi kepada peserta. Perangkat-perangkat narasi itu nantinya bisa dijadikan cara untuk bercerita.

Berikut adalah sembilan perangkat narasi yang bisa kamu gunakan untuk bercerita.

Slice of Lifecerita sehari-hari

Ciri-ciri perangkat narasi ini biasanya dimulai dengan kalimat "Pada suatu hari, hiduplah seorang anak kecil yang bernama ...." Cerita tentang kehidupan sehari-hari sang karakter.

Travelogue or journeyperjalanan atau petualangan

Cerita perjalanan atau pertualangan dari satu daerah ke daerah lain, dan memiliki tujuan yang harus dicapai.

Dream motivemotif mimpi

Cerita yang mengikutsertakan peran mimpi di dalamnya. Biasanya, si karakter tertidur dan akhirnya masuk ke dalam dunia mimpi.

Natural cyclesiklus alamiah

Cerita yang di dalamnya membahas siklus alamiah seperti perubahan cuaca, perubahan siang dan malam, atau perjalanan air hujan.

Metamorphosismetamorfosa

Cerita yang di dalamnya mengulas perubahan sang karakter, seperti kecebong menjadi katak, ulat menjadi kupu-kupu, dan lain-lain.

Problem solvingpenyelesaian masalah

Dalam cerita ini, sang karakter akan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Jangan biarkan peran orang dewasa membantu sang karakter seperti yang terdapat dalam cerita-cerita anak di Indonesia pada umumnya.

Trick deviceperangkat trik

Sang karakter akan menggunakan trik atau cara untuk mengalahkan sang kompetitor, seperti cerita kancil dan buaya.

Cause and effectsebab-akibat

Cerita jenis ini mengandung unsur sebab-akibat. Misalnya sang karakter tidak pernah mau menggosok gigi setiap kali ingin tidur, akhirnya dia pun sakit gigi.

Numerical sequences or patterns

Cerita-cerita yang didalamnya bertujuan untuk mengenalkan konsep-konsep tertentu, seperti konsep warna, bentuk, angka, dan lain-lain. Buku-buku yang di dalamnya terdapat langkah-langkah memasak juga termasuk.

Begitulah sembilan perangkat narasi yang bisa kita gunakan ketika ingin menulis picture books. Pilihlah yang sesuai dengan karakter buatan kita. Namun, harap diingat, semua perangkat narasi di atas tidak akan berguna jika konsep karakter buatan kita masih belum tergarap dengan baik.

Sekian dulu, ya. Di lain kesempatan saya akan membahas langkah-langkah menulis picture books dan pertanyaan-pertanyaan seputar merevisi cerita.

Tunggu saja, ya.

(bersambung)

Tips Menulis Picture Books (bagian 1)

Noor H. Dee


Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya selama tiga hari mengikuti acara lokarkarya: The Art of Creating Narratives for Picture Books With Alfredo Santos yang diselenggarakan oleh SCBWI Indonesia dan Komite Buku Nasional.

Here we go!

Elemen Cerita Picture Books

Sebagaimana karya prosa pada umumnya, picture books pun memiliki elemen cerita, seperti karakter, plot, konflik, dan tema.

Karakter adalah tokoh dalam cerita yang bisa berupa manusia, hewan, peri, monster, robot, dan lain-lain.

Plot adalah rangkaian cerita sebab akibat yang memiliki struktur awal, tengah, dan akhir.

Konflik adalah sebuah masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh sang karakter.

Tema adalah sebuah pokok atau gagasan atau ide pikiran dari sebuah cerita yang dituliskan.

Karakter dalam Picture Books

Karakter haruslah memiliki objective atau tujuan (aku ingin …) dan motivasi (aku inginkarena …).

Jika ingin menciptakan karakter cerita yang bagus, berikanlah karakter itu tujuan dan motivasi yang jelas dan konkret.

Misal, sang karakter adalah seekor ulat kecil yang ingin makan banyak karena perutnya sangat kelaparan. Ini adalah karakter yang terdapat dalam picture books The Very Hungry Caterpillar karya Eric Carle.

Karakter yang memiliki keinginan akan melahirkan sebuah aksi.

Karakter 3 Dimensi

Menurut Alfredo Santos, karakter yang baik biasanya memiliki tiga dimensi: fisik, eksternal, dan internal.

Dimensi fisik adalah segala hal yang berkaitan dengan fisik si karakter: tubuhnya, wajahnya, rambutnya, gaya berjalannya, dan lain sebagainya.

Dimensi eksternal adalah segala hal yang berada di luar diri si karakter: orangtuanya, keluarganya, teman-temannya, lingkungannya, dan lain sebagainya.

Dimensi internal adalah segala hal yang berada di dalam diri si karakter: sifatnya, harapannya, kelebihannya, kekurangannya, dan lain sebagainya.

Struktur Plot Picture Books

Picture books memiliki struktur plot yang bisa dibilang serupa dengan struktur plot dalam prosa pada umumnya, yaitu terdiri dari awal, tengah, dan akhir.

Ketika ingin menulis cerita picture books, Alfredo meminta kami untuk memikirkan awal dan akhir cerita. Awal ceritanya seperti apa. Akhir ceritanya seperti apa. Jika keduanya sudah ada dan terkonsep dengan baik, bagian tengah ceritanya akan lebih mudah ditulis.

Alfredo juga membagi struktur plot menjadi lebih rinci lagi, yaitu set up, rising action, climax, falling action, dan resolution.

Set up adalah awal cerita yang menggambarkan karakter lengkap dengan tujuan dan motivasinya sehingga pembaca bisa langsung memahami apa keinginan karakter tersebut.

Rising action adalah serangkaian tindakan atau peristiwa yang menggerakkan cerita hingga mencapai climax.

Climax adalah sebuah titik balik atau titik tertinggi dari sebuah masalah yang sedang dihadapi oleh sang karakter.

Falling action adalah sebuah fase ketika karakter telah menyelesaikan masalahnya, klimaks telah terlewati, dan sedang meluncur menuju ke arah resolusi.

Resolution adalah akhir dari sebuah cerita. Apakah karakter berhasil meraih keinginannya atau gagal meraih keinginannya ada di sini.

Jika digambar, bentuk struktur plot di atas akan menyerupai sebuah gunung seperti yang terlihat di bawah ini:



Sampai di sini dulu catatan ini saya buat. Berikutnya saya akan membahas perangkat narasi, langkah-langkah menulis picture books, dan pertanyaan-pertanyaan seputar revisi cerita, yang saya dapatkan ketika mengikuti loka karya tersebut.

Semoga bermanfaat.

baca lanjutannya: Tips Menulis Picture Books (bagian 2)

Beragam Kategori Buku Anak

Noor H. Dee

Di negara-negara maju, buku-buku anak memiliki kategori yang memiliki ciri khas dan formatnya masing-masing.

Tujuan kategorisasi itu adalah untuk memudahkan para orangtua yang ingin membelikan buku untuk anaknya agar sesuai dengan kemampuan dan usia si anak.

Selain itu, pemahaman mengenai kategori buku anak juga bermanfaat bagi para penulis cerita anak ketika ingin menulis sebuah naskah. Penulis tinggal memilih ingin menulis untuk kategori buku anak yang mana.

Di sini saya ingin membahas beberapa kategori buku anak yang sudah dikenal di negara-negara maju.

Oke, mari kita mulai.

Board Book & Concept Book—(0-3 tahun)

Board book adalah buku yang kertas halamannya tebal. Karena anak yang masih berusia dini adalah monster kecil yang mampu “merusak” segalanya, format ini cocok sekali sebab tidak mudah robek, tidak cepat rusak, dan tahan lama.

Ciri khas board book:
  • Cerita sangat sederhana. Bahkan buku konsep (concept book) tidak perlu cerita. Hanya pengenalan warna, bentuk, benda-benda, abjad, angka, dan semacamnya.
  • Terdiri dari 0-100 kata, dan satu halaman biasanya kurang dari 10 kata.
  • Jika bentuknya cerita, biasanya tokoh cerita adalah seorang anak kecil atau seekor hewan.
  • Memakai sudut pandang orang ketiga.
  • Plot hampir tidak ada. Bahkan hampir tidak ada konflik. Hanya menceritakan keseharian anak seperti bangun tidur, mandi, berpakaian, dll.

Picture Books—(3-8 tahun)

Definisi singkatnya, picture book adalah buku anak yang sangat mementingkan peran ilustrasi. Ilustrasi di dalam picture book bukan sebatas dekorasi semata, melainkan juga bagian dari cerita. Tanpa ilustrasi, cerita di dalam picture book tidak akan tersampaikan dengan sempurna. Teks dan ilustrasi dalam picture book adalah sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Ciri khas picture book:
  • Biasanya terdiri dari 1000 kata, tapi lebih sering 500-600 kata atau bahkan kurang.
  • Rata-rata tebal bukunya 24 s/d 32 halaman.
  • Ilustrasi pada setiap halaman memiliki peran yang serupa dengan teks cerita.
  • Tokoh cerita adalah anak-anak, biasanya seumuran dengan anak pra-sekolah atau TK. Kadang hanya memiliki satu atau dua protagonis. Sering juga tokoh cerita adalah non-manusia, seperti hewan, buah-buahan, sayur-sayuran, monster, dan lain sebagainya. Tokoh cerita harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri alias tidak membutuhkan bantuan orang dewasa. 
  • Biasanya memakai sudut pandang orang ketiga.
  • Plot selalu linear: awal, tengah, dan akhir. Perkenalan tokoh cerita, perkenalan masalah, klimaks, dan penyelesaian masalah. Tidak ada subplot. Tidak ada kilas balik (flashback).
  • Akhir cerita biasanya selalu bahagia atau positif.
  • Sering digunakan untuk read aloud (dibacakan oleh orang dewasa).
  • Selalu ada repetisi adegan atau perulangan adegan.

Early Reader—(6-8 tahun)

Atau biasa disebut Easy Reader atau Easy-to-Read. Buku ini tujukan untuk anak-anak yang baru saja mencoba belajar untuk membaca sendiri. Kebanyakan buku ini lebih untuk keperluan belajar membaca anak di rumah.

Ciri khas early reader:

  • Setiap halamannya terdapat ilustrasi berwarna seperti picture book, tapi formatnya lebih dewasa.
  • Ukuran buku lebih kecil dari picture book
  • Rata-rata tebal bukunya 32 s/d 64 halaman.
  • Rata-rata hanya 2-5 kalimat per halaman.
  • Cerita lebih banyak disampaikan lewat aksi dan dialog, yang berarti minim narasi.

Chapter Book—(7-10 tahun)

Buku ini adalah untuk anak-anak yang ingin beranjak dari kategori early reader menuju novel. Bisa dibilang buku ini adalah novel ringan untuk anak. Dinamakan chapter book karena cerita dalam buku ini dipecah menjadi beberapa chapter atau bab.

Ciri khas chapter book:

  • Teks sudah mulai dominan dan ilustrasi sudah mulai banyak berkurang.
  • Ilustrasi hanya untuk dekorasi cerita semata.
  • Rata-rata tebal bukunya 45 s/d 60 halaman, tapi ada juga yang mencapai 100-an halaman.
  • Setiap bab terdiri dari 3-4 halaman.
  • Kalimatnya mulai rumit tapi paragrafnya tetap pendek.
  • Setiap bab seringnya diakhiri di tengah-tengah adegan agar pembaca penasaran dan membuka halaman selanjutnya.
  • Sering terdapat humor yang membuat pembaca tertawa.

Kira-kira seperti itulah beberapa kategori buku anak yang terdapat di negara-negara maju. Sebenarnya masih ada dua kategori lagi, Middle Grade dan Young Adult, tetapi dua kategori itu sudah masuk kategori buku remaja.

Semoga bermanfaat.

Sumber bacaan:
1. http://www.writing-world.com/children/genres.shtml
2. http://www.findmeanauthor.com/childrens_fiction_genre.htm
3. http://writeforkids.org/2015/12/understanding-childrens-book-categories/

Tips Membaca Buku Cerita Bersama Anak

Noor H. Dee


Sebelumnya saya sudah membahas beberapa manfaat membacakan cerita untuk anak, kali ini saya ingin membagi beberapa tips membaca buku cerita bersama anak.

Hal pertama yang harus diingat adalah kita sebagai orangtua tidak perlu pandai mengarang cerita. Kita bisa mengisahkan sebuah cerita yang sudah ada atau dari buku cerita yang sudah ditulis oleh orang lain. Hal tersebut jauh lebih mudah dilakukan karena kita tidak perlu lagi repot-repot memikirkan tema, tokoh, dan konflik cerita.

Oke, berikut beberapa tips membaca buku cerita bersama anak.

Pilih waktu yang tepat

Biasanya waktu yang paling asyik untuk membacakan buku cerita adalah malam hari, tepatnya ketika anak sudah ingin beranjak tidur. Saat-saat semacam itu biasanya sudah cukup kondusif. Televisi sudah dimatikan, gawai sudah diistirahatkan, dan mainan sudah dirapikan.

Biarkan anak memilih buku cerita yang dia inginkan

Tanyakan kepada anak, “Malam ini mau dibacakan buku cerita apa?” Pastikan stok buku cerita memang sudah tersedia di rak buku. Biasanya anak-anak akan senang mendengar cerita pilihan mereka sendiri.

Mulailah dari sampul buku terlebih dahulu

Setiap sampul buku cerita tentu terdapat ilustrasi dan juga informasi seperti judul cerita, nama pengarang, dan nama pembuat ilustrasinya. Sebutkan semua informasi itu kepada anak. Tujuannya adalah agar si anak terbiasa untuk berpikir dan mengasosiakan antara judul dengan gambar, juga agar si anak tahu bahwa cerita itu adalah karangan orang lain. Penyebutan nama pengarang dan ilustrator adalah sebagai bentuk apresiasi kepada mereka yang telah membuat buku tersebut.

Mulailah bercerita dengan penuh ekspresi

Anak-anak adalah makhluk yang lekas bosan. Itu sebabnya, agar mereka senang dibacakan buku cerita, bacalah dengan penuh ekspresi. Jangan membaca datar seperti pembawa acara berita di televisi. Atur suara dan ekspresi sesuai dengan adegan yang berlangsung. Intinya harus pandai-pandai mengelola suara agar pembacaan cerita tetap seru dan menyenangkan. Usahakan suara antartokohnya dibuat berbeda, agar cerita berlangsung dengan sangat dinamis dan tidak membosankan.

Jangan takut melakukan improvisasi

Buku anak terkadang ada yang kalimatnya panjang-panjang dan rumit. Kalau bertemu dengan buku seperti itu, jangan takut untuk melakukan improvisasi. Jangan ikuti teks yang ada di buku, tetapi buatlah kalimatmu sendiri yang sekiranya sesuai dengan cerita yang sedang berlangsung.

Baca cerita sambil menunjuk gambar

Buku cerita anak biasanya memiliki ilustrasi atau gambar yang memenuhi setiap halaman. Berceritalah sambil menunjuk gambarnya. Biarkan anak mengeksplorasi dan menginvestigasi gambar-gambar tersebut

Biarkan anak menginterupsi cerita

Anak-anak adalah makhluk yang paling penasaran sedunia. Jika ada satu atau dua kata yang mereka belum mengerti, mereka pasti akan langsung menanyakannya. Jika ada satu atau dua gambar yang membuat mereka bingung, mereka pasti akan menghentikan ceritanya dan mulai banyak bertanya. Sebagai orangtua yang baik, jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang mudah dicerna oleh anak-anak.

Selesai membacakan buku cerita, ajak anak berdiskusi sebentar

Setelah tuntas membacakan buku cerita, ajaklah anak untuk berdiskusi sebentar mengenai isi buku. Buku ini bercerita tentang apa? Apa saja yang tadi dilakukan oleh tokoh cerita? Apakah kamu menyukai cerita ini? Kalau suka, kenapa? Kalau tidak suka, kenapa?

Tutup buku cerita sambil mengecup kening anak

Setelah selesai berdiskusi, tutuplah buku dan kecuplah kening si anak. Jadikan proses kegiatan membaca buku cerita itu sebagai kegiatan yang akan membuat hubungan orangtua dan anak semakin erat dan harmonis.

Demikianlah beberapa tips membaca buku cerita bersama anak yang bisa saya bagi di dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat dan semoga tetap bersemangat membacakan buku cerita!

Beberapa Manfaat Membacakan Cerita untuk Anak

Noor H. Dee


Setiap anak menyukai beragam cerita—entah itu cerita rakyat, dongeng, fabel, kisah putri-putri kerajaan, cerita superhero, bahkan sampai cerita tentang sejarah nabi.

Anak-anak akan berbinar-binar matanya ketika mendengar orangtua mereka berkata, "Ayah punya cerita baru!", atau, "Mau Bunda bacakan cerita?"

Anak-anak adalah tipe pendengar cerita yang aktif. Mereka akan membangun sebuah dunia imajinasi dari setiap cerita yang mereka dengar. Itu sebabnya mereka akan terlihat tegang ketika mendengar si tokoh cerita sedang mengalami masalah, dan akan berteriak kegirangan ketika mengetahui si tokoh cerita berhasil mengatasi masalah tersebut.

Anak-anak menyukai cerita karena setiap cerita menawarkan pengalaman yang menyenangkan untuk mereka.

Meskipun terlihat sepele, sebenarnya kegiatan bercerita kepada anak itu memiliki beragam manfaat yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak keuntungan yang didapat dari kegiatan sederhana itu.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Mempererat hubungan orangtua dan anak

Manfaat yang satu ini tidak bisa dipungkiri lagi. Kegiatan membacakan cerita kepada anak akan membuat hubungan orangtua dan anak semakin erat. Sebab, selalu ada interaksi satu sama lain, dan komunikasi yang terjalin akan semakin baik.

Meningkatkan kecerdasan bahasa anak

Bercerita adalah sebuah kegiatan yang menggunakan peran bahasa.  Membacakan cerita berarti mengenalkan bahasa. Semakin dini seorang anak dibacakan cerita, semakin cepat anak itu memahami bagaimana sistem bahasa itu bekerja. Selain itu, kosa kata si anak juga akan semakin banyak bertambah.

Meningkatkan kecerdasan emosi anak

Setiap cerita selalu menghadirkan peristiwa, dan setiap peristiwa selalu menghadirkan beragam perasaan seperti senang, sedih, marah, takut, dan lain semacamnya. Anak-anak juga bisa belajar mengenal emosi dari si tokoh cerita. Apa yang dirasakan dan dilakukan si tokoh ketika sedang senang, sedih, marah, takut, dan lain semacamnya. Anak-anak akan belajar mengenali dan mengelola emosi dari setiap cerita yang mereka dengar

Meningkatkan kecerdasan sosial anak

Anak-anak bisa memahami dunia lewat cerita. Mereka juga akhirnya akan memahami bahwa dunia adalah tempat manusia berinteraksi. Dari sanalah mereka akan tahu bahwa setiap tindakan selalu memiliki konsekuensi. Tokoh cerita yang menyenangkan akan memiliki banyak teman, tokoh cerita yang menyebalkan akan dijauhi banyak orang, tokoh cerita yang baik akan selalu menang, dan tokoh cerita yang jahat akan selalu kalah. Melalui cerita-cerita itulah mereka akan belajar bagaimana menjalani hidup sebagai makhluk sosial.

Meningkatkan kecerdasan spiritual anak

Cerita-cerita tentang sejarah nabi adalah cerita yang juga sangat digemari oleh anak-anak. Peristiwa-peristiwa menakjubkan seperti ketika Nabi Musa membelah lautan menjadi dua, Nabi Yunus ditelan ikan paus, Nabi Nuh membangun perahu raksasa yang di dalamnya terdapat berpasang-pasang hewan, juga ketika Nabi Muhammad membelah rembulan, akan membuat anak-anak terpesona. Selain menakjubkan, cerita-cerita sejarah nabi tersebut juga menawarkan sebuah ajaran ketuhanan. Anak-anak akan mengetahui betapa berat ujian yang ditempuh para nabi untuk membela agama Allah, dan anak-anak juga akan semakin meyakini betapa hebat dan kuasanya Allah karena telah menciptakan alam semesta beserta isinya.

Begitulah beberapa manfaat dari kegiatan membacakan cerita kepada anak-anak yang bisa saya sampaikan. Tentu saja banyak manfaat yang terlewat oleh saya dan tidak tercatat di sini, tetapi setidaknya saya hanya ingin mengabarkan bahwa cerita bukanlah sebuah perbuatan sia-sia yang membuang-buang waktu.

Semoga bermanfaat.

*Sumber foto: http://www.express.co.uk/news/uk/556928/Parents-too-tired-read-their-children-bedtime-story

Coprights @ 2017, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates