Sunday, March 4, 2018

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Halo, ketemu lagi dengan saya, Noor H. Dee, editor dan penulis buku anak. Sebelumnya saya sudah menulis artikel 5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak, kali ini saya akan menulis artikel 5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal. Siapa tahu saja kalian terhibur.

Selama menyimak!

1. Enid Blyton, Pengarang Lima Sekawan

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Sebelum Enid Blyton menjadi penulis terkenal Lima Sekawan, orangtuanya menginginkan Enid menjadi pemain piano. Namun, Enid meninggalkan pelajaran musiknya dan berlatih menjadi seorang guru. Saat menulis cerita, Enid bilang bahwa dia tidak pernah merencanakan apa-apa. Dia hanya membiarkan imajinasinya mengalir dengan liar begitu saja. Enid biasanya menulis 10.000 kata perhari! Seumur hidupnya, dia telah menulis lebih dari 600 buku anak, dan buku-bukunya telah terjual lebih dari 600 juta eksemplar!

2. J.M. Barrie, Pengarang Peter Pan

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

J.M. Barrie masih berusia enam tahun saat saudara lelakinya, David, meninggal dunia dalam kecelakaan ice-skating. Kematian itu membuat ibu mereka putus asa. David adalah anak kesayangannya, dan dia meninggal dua hari sebelum ulang tahunnya yang keempat belas. Untuk menghibur ibunya, J.M. Barrie muda memutuskan untuk menggantikan saudaranya. Dia mengenakan pakaian David, berjalan dengan gaya berjalannya David, dan bahkan dia belajar cara bersiul David. Ibu J.M. Barrie akhirnya bisa mengatasi depresinya, tapi bukan karena perilaku aneh Barrie. Ibunya menghibur dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa David akan tetap bersamanya selama-lamanya sebagai anak laki-laki yang tidak akan pernah tumbuh dewasa. J.M. Barrie sangat menyukai gagasan tersebut sehingga akhirnya dia menciptakan sebuah cerita legendaris sepanjang masa: Peter Pan.

3. C.S. Lewis, Pengarang The Chronicles of Narnia

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Saat menulis versi pertama The Lion, The Witch, and The Wardrobe (bagian pertama dari The Chronicles of Narnia), Lewis menunjukkannya kepada teman-temannya. Ternyata, mereka mengkritik naskah tersebut. Tanpa pikir panjang, Lewis segera menghancurkan naskah itu dan dia menulis ulang dari nol.

4. Road Dahl, Pengarang Charlie and The Chocolate Factory

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Sebelum menjadi pengarang cerita anak legendaris, Road Dahl adalah pilot pesawat tempur pada saat Perang Dunia II. Dia pernah bertempur melawan enam pesawat musuh sendirian. Bahkan, dia pernah membuat dua puluh pesawat Jerman berakhir menjadi tumpukan sampah logam berasap yang tidak berguna. Pada 1940, dalam salah satu misi penerbangannya, Road Dahl jatuh di padang pasir karena dia telah diberi tahu arah yang salah. Untungnya dia selamat, sehingga kita bisa membaca karya-karyanya yang sangat menakjubkan.

5. H.C. Andersen, Pengarang dongeng The Ugly Duckling

5 Fakta Asyik Pengarang Cerita Anak Terkenal

Siapa yang tidak mengenal pengarang dongeng ini? Nama H.C. Andersen begitu mendunia karena karya-karya dongeng anaknya. Namun, tahukah kalian, bahwa pada awalnya kisah-kisah dongeng H.C. Andersen tidak terkenal? Butuh waktu hampir 10 tahun sebelum akhirnya semua dongeng-dongengnya diterima dengan baik oleh anak-anak dan orangtua. Karya-karyanya terjual habis. Andersen berusia 30-an tahun saat dia menulis dongeng-dongengnya, tapi semuanya tidak ada yang berhasil sampai akhirnya dia berusia 40-an tahun. Jadi, kalau kamu merasa belum sukses-sukses dalam menulis cerita anak, mudah-mudahan kisah H.C. Andersen ini bisa kamu jadikan sebagai penyemangat kamu.

Sekian.[]

Friday, March 2, 2018

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak


5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Halo, Teman-Teman. Terima kasih sudah sudi mampir ke blog ini. Semoga apa yang saya tulis di sini bisa memberikan manfaat untuk kalian semua.

Kali ini saya ingin membahas 5 fakta menarik seputar sastra anak. Selamat membaca.

1. Picture Book Pertama di Dunia


Orbis Pictus (Visible World in Pictures) karangan John Amos Comenius ini adalah picture book pertama di dunia yang diterbitkan pada 1658 di Nuremberg, dalam bahasa latin dan Jerman. Edisi bahasa Inggrisnya terbit pada 1659. Buku ini terbagi dalam 150 bab yang mencakup berbagai topik: alam, botani, zoology, agama, dan manusia.

Jika penasaran ingin tahu bukunya seperti apa, silakan baca di sini: Orbis Pictus.

2. Buku Pop-Up Pertama di Dunia

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Pada  1879-1950, lahirlah seorang manusia cerdas nan kreatif yang menerbitkan buku mekanis dengan struktur tiga dimensi: Stephen Louis Giraud. Giraud menerbitkan buku yang bisa berdiri tegak ketika halaman buku dibuka. Itulah buku yang dianggap sebagai buku pop-up pertama di dunia.

(Baca juga Sejarah Singkat Buku Pop-Up)

3. Picture Book Pertama yang Tokoh Utamanya Berkulit Hitam

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Picture book berjudul The Snowy Day karya Ezra Jack Keats, yang diterbitkan pada 1962, dikenal sebagai picture book pertama yang tokoh utamanya adalah seorang anak Afrika-Amerika berkulit hitam. Sebelumnya, tokoh utama dalam buku-buku anak selalu berkulit putih. Sangat sulit menemukan buku-buku anak yang tokoh utamanya berkulit hitam pada masa itu.

4. Aesop adalah Seorang Budak Buruk Rupa

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Aesop adalah tukang cerita asal Yunani. Kumpulan dongengnya kita kenal dengan sebutan Fabel Aesop. Ciri khas ceritanya adalah tokoh-tokohnya selalu berasal dari hewan atau benda mati yang bisa berbicara dan memiliki karakteristik seperti manusia. Keberadaan Aesop memang belum jelas, tetapi filsuf seperti Aristotle dan Herodotus pernah menulis tentang dirinya. Dan, dalam sebuah karya sastra kuno yang berjudul The Aesop Romance, Aesop diceritakan sebagai seorang budak buruk rupa yang memperoleh kebebasan karena kepandaiannya dan kemudian menjadi penasihat raja.

5. Alice in Wonderland Pernah Dilarang di China

5 Fakta Menarik Seputar Sastra Anak

Dulu, buku Alice in Wonderland karangan Lewis Carroll pernah dilarang di China. Pada 1931, Jenderal Ho Chien berkata, "Beruang, singa, dan binatang lainnya tidak bisa menggunakan bahasa manusia. Itu adalah penghinaan terhadap umat manusia."

Demikianlah 5 fakta menarik seputar sastra anak yang bisa saya tulis. Semoga terhibur. Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya. Tentu saja masih seputar sastra dan buku anak.

Sunday, October 15, 2017

Kelas Penulisan Cerita Anak Komite Sastra DKJ Bersama Reda Gaudiamo (Bagian 1)



Metode menulis cerita ada banyak: ada snowflake method, three-act structure, dan lain sebagainya.

Menulis cerita anak pun seperti itu, metodenya bisa dibilang cukup beragam.

Itu sebabnya, meskipun pernah ikut lokakarya The Art of Creating Narration for Picture Books yang diadakan oleh SCBWI Indonesia (kalian bisa melihat catatan saya tentang lokakarya ini di sini), saya nekat mengirim cerita anak saya ke acara Kelas Penulisan Cerita Anak Bersama Reda Gaudimo untuk diseleksidan alhamdulillah cerita anak saya lolos.

Sebelum ikut mendaftar kelas itu, teman kantor saya sempat berkomentar, "Elu ngapain sih masih ikut-ikutan acara kayak gitu? Kasih kesempatan untuk yang lain."

Ada tiga alasan mengapa saya mengikuti acara itu: pertama, saya masih merasa bodoh dalam dunia sastra anak dan merasa masih perlu terus belajar. Kedua, seperti yang sudah saya bilang di awal tulisan, metode menulis cerita itu ada banyak, jadi saya ingin mempelajari (kalau bisa) semua metode itu. Ketiga, acara ini diselenggarakan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Seumur hidup saya, setahu saya, DKJ belum pernah memberikan perhatian kepada sastra anak. Baru tahun ini saja DKJ berlaku seperti ini (saya sangat mengapresiasi DKJ atas usahanya ini. Thanx!)

Kelas Penulisan Cerita Anak Bersama Reda Gaudiamo ini akan dilaksanakan selama 8 kali pertemuan, dan durasi setiap pertemuan berlangsung selama dua jam. Jumat kemarin (14 Oktober 2017) adalah pertemuan perdana.

Insya Allah saya akan mencatat apa yang saya peroleh dari kelas tersebut untuk kemudian saya taruh di blog ini secara berkala. Siapa tahu saja kamu bisa mendapatkan manfaatnya. Aamiin.

Oke, mari kita mulai.

Mengapa menulis cerita anak?

Pada pertemuan perdana ini, Mbak Reda memulai kelas dengan pertanyaan: mengapa memilih menulis cerita anak? Apa yang menarik dari penulisan cerita anak?

Mbak Reda memberikan enam jawaban:

1. Karena, banyak ide yang harus dieksplorasi segera.
2. Karena, bermain dengan gambar dan kata itu seru.
3. Karena, ingin turut serta dalam upaya mencerdaskan anak.
4. Karena, pada dasarnya semua orang suka bercerita.
5. Karena, cerita anak hampir selalu menguntungkan, selalu tumbuh (baik jumlah judul maupun omzetnya), dan tak kenal musim.
6. Karena, menulis buku anak (dianggap) lebih gampang daripada menulis novel untuk dewasa.

Untuk poin no. 3, Mbak Reda memberikan data survey tahun 2015 dari Scholastic Books bahwa 71% orangtua percaya bahwa buku membantu anak bisa berpikir kritis.

Untuk poin no. 5, Mbak Reda memberikan data dari IKAPI tahun 2014 bahwa prosentasi omzet buku anak adalah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan buku fiksi dan kesusastraan lainnya. Perbandingannya 22,64% vs 12,89%.

Untuk poin no. 6, Mbak Reda memberikan bantahan terhadap anggapan orang-orang yang mengatakan menulis buku anak itu gampang.

"Menulis buku anak itu enggak gampang. Untuk menulis buku anak, saya membutuhkan waktu empat tahun," ujar Mbak Reda.

Definisi cerita anak

Mbak Reda kemudian menjelaskan definisi buku anak. Dalam presentasinya, Mbak Reda mengutip Children Literature according to Library of Congress, yang berbunyi:
"Cerita anak: cerita yang ditulis, diterbitkan sebagai bahan bacaan, hiburan, informasi (pengetahuan) untuk anak-anak, atau anak praremaja."

Mbak Reda juga mengutip pendapat Robyn Opie Parnell yang terdapat dalam buku How to Write a Great Children's Books, bahwa cerita anak adalah,
"Cerita dengan tokoh anak, dan pembacanya anak-anak juga. Dalam cerita, sang tokoh bisa menyelesaikan masalahnya dengan upayanya sendiri (bantuan dari tokoh orang dewasa/orangtua dibuat seminimal mungkin, atau bahkan tidak ada sama sekali)."

Kategori dan genre

Setelah itu, Mbak Reda mulai menjelaskan beberapa macam kategori atau format buku anak (isi pembahasannya hampir serupa dengan pembahasan saya di sini).

Mbak Reda juga memberikan penjelasan kepada kami tentang genre yang terdapat dalam buku anak. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Fiksi Sain: The Hobbit (JR. Tolkien) dan Terlontar ke Masa Silam (Djoko Lelono)
Fantasi: Harry Potter (JK Rowling) dan Charlie & The Chocolate Factory (Road Dahl)
Cerita Horor: The Graveyard Book (Neil Geiman)
Biografi: Good Night Stories for Rebel Girls (Elena Favilli & Francesca Cavallo)
Edukasi/Pembelajaran: Horrible Histories Series (Terry Deary & Peter Hepplewhite)
Religi dan Keragaman: The Genius of Islam (Bryn Barnard)
Orientasi Gender (buku yang ditulis khusus untuk anak perempuan atau anak laki-laki saja)
Karakter Berlisensi: misalnya buku-buku Disney.

Saat menjelaskan beragam jenis kategori atau format dan genre buku anak, Mbak Reda mengeluarkan koleksi buku-buku anaknya yang keren-keren sebagai contoh. Tidak tanggung-tanggung, Mbak Reda sampai membawa koleksi buku-bukunya sebanyak tas ransel berukuran besar. Saya takjub melihatnya. Terlihat sekali betapa Mbak Reda benar-benar mencintai buku anak. Semuanya terbitan luar negeri.

Saat sesi tanya jawab, seorang peserta bertanya, "Mengapa contoh-contoh buku ini kebanyakan terbitan luar? Apakah buku anak terbitan lokal tidak ada yang bagus?"

Mbak Reda menjawab, "Waktu di Frankfurt Book Fair, saya melihat buku-buku anak lokal sudah bagus-bagus juga. Tapi kayaknya susah dapetinnya, ya."

Mbak Reda juga sempat bilang bahwa untuk buku-buku bayi seperti boardbook terbitan lokal juga sudah bagus-bagus.

Latihan #1

Kemudian, Mbak Reda meminta kami untuk menulis satu judul buku yang paling berkesan dan berikan alasannya. Para peserta, termasuk saya, pun menulis tentang buku apa yang paling berkesan. Saya, tentu saja, menulis judul buku The Giving Tree karya Shel Sylverstein.

Anak-anak, buku anak, dan menulis menurut Reda Gaudiamo

- Anak-anak itu makhluk cerdas. Bahkan, kadang lebih cerdas dari ayah ibunya. Jadi, jangan anggap remeh mereka.
- Isu serius bisa disampaikan pada anak-anak.
- Buku anak yang baik, akan disuka oleh orang dewasa.
- Buku cerita anak, bukan buku pelajaran agama. Jadi, tak perlu berisi khotbah.
- Menulis dengan baik dimulai dari membaca buku-buku yang baik.
- Menulis buku anak: menulis dengan bahasa yang baik dan benar.
- Menulis dengan sederhana, itu perlu latihan.
- Menguasai tata bahasa: PENTING!
- Tokoh utama dalam cerita anak: ANAK!
- Tokoh muncul lebih dulu, jalan cerita mengikuti.

Latihan #2

Mbak Reda menjelaskan tentang betapa pentingnya tokoh cerita.

"Saya terbiasa menciptakan tokoh ceritanya dulu, baru setelah itu cerita akan muncul kemudian," kata Mbak Reda.

Kemudian, untuk melatih membuat karakter, Mbak Reda meminta kami untuk mendeskripsikan sahabat terdekat kami; lengkap dengan tingkah lakunya, gaya bicaranya, kebiasaannya, warna kesukaannya, dan lain sebagainya.

Kami pun mulai sibuk menulis tentang sahabat kami masing-masing. Saya menulis tentang siapa? Tentu saja tentang Petet, sahabat terbaik saya. Hahaha.

Ada hal menarik dalam latihan ini. Ternyata, menulis tentang sahabat sendiri itu sangat menyenangkan. Ketika masing-masing peserta disuruh membacakan hasil tulisannya, saya mendengar kisah-kisah sahabat yang lucu dan unik. Bahkan, ada yang bisa langsung dijadikan sebuah cerita.

PR

Ternyata Mbak Reda memberikan kami PR yang harus kami kerjakan di rumah. Oh tidak! Tugasnya adalah membuat ulasan tentang tokoh utama dalam buku Na Willa: Serial Catatan Kemarin karangan Mbak Reda dan menuliskan kembali deskripsi tokoh dengan detail dari cerita yang pernah kami kirimkan untuk seleksi acara ini.

Sebelum kelas berakhir, para peserta mendapatkan buku Na Willa! Yihaaa! Dan, acara pun berakhir dengan meminta tanda tangan Mbak Reda. :D

Demikianlah catatan mengenai kelas penulisan cerita anak bersama Reda Gaudiamo. Tunggu catatan-catatan saya berikutnya, ya. Terima kasih.

Semoga bermanfaat!

(Di bawah ini ada beberapa foto yang menggambarkan suasana kelas. Foto diambil dari dokumentasi DKJ)






Saturday, June 17, 2017

Apakah penulis buku anak harus memahami psikologi anak?

Apakah penulis buku anak harus memahami psikologi anak?

Menulis buku anak memang tidak mudah. Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, seperti jumlah kata dalam kalimat, jumlah kalimat dalam paragraf, jumlah paragraf dalam halaman, dan hal-hal lainnya seperti soal ilustrasi yang tidak boleh tumpang tindih dengan teks, penokohan yang harus kuat, alur cerita yang harus bergerak maju (tidak boleh flashback), tema yang harus akrab dengan keseharian anak, dan lain sebagainya. Semua hal di atas harus dipikirkan dengan baik oleh mereka yang ingin menjadi penulis buku anak.

Namun, selain hal-hal teknis di atas, apakah penulis buku anak juga harus memahami psikologi anak? Atau, lebih ekstremnya lagi, apakah penulis buku anak harus menjadi seorang psikolog anak?

Jawaban sederhananya: harus dan tidak harus.

Harus: jika buku anak yang ingin kita tulis adalah tentang psikologi anak.

Tidak harus: jika buku anak yang ingin kita tulis bukan tentang psikologi anak.

Misalnya kamu ingin memperkenalkan teori-teori psikologi anak kepada para pembaca anak-anak, dan kamu ingin menulis buku tentang hal itu, otomatis kamu memang harus memahami atau bahkan menjadi seorang psikolog anak.

Namun, jika bukumu bukan tentang psikologi anak, ya, tidak perlu.

Eric Carle, penulis buku klasik The Very Hungry Caterpillar, adalah seorang seniman dan bukan seorang psikolog anak. Namun, buku-bukunya berhasil membuat anak-anak terpukau sampai sekarang.

Maurice Sendak, penulis buku klasik Where The Wild Thing Are, adalah seorang seniman dan bukan seorang psikolog anak. Namun, bukunya telah masuk ke dalam daftar buku anak yang harus dibaca oleh anak-anak.

Shel Sylverstein, penulis buku The Giving Tree, adalah seorang penyair, penulis lagu, kartunis, dan bukan seorang psikolog anak. Namun, bukunya telah menyihir anak-anak yang membacanya.

Antone de Saint-Exupery, penulis buku The Little Prince, adalah seorang penulis, penyair, jurnalis, dan bukan seorang psikolog anak. Namun, bukunya telah dibaca dan disukai baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Drs. Suyadi atau lebih dikenal dengan Pak Raden, penulis buku-buku legendaris Seribu Kucing untuk Kakek dan Pedagang Peci Kecurian, adalah seorang pelukis, dalang, pendongeng, dan bukan seorang psikolog anak. Namun, buku-bukunya telah berhasil menghibur anak-anak.

Tentu saja masih banyak daftar nama penulis anak yang bukan berasal dari latar belakang psikologi anak. Di sini, saya hanya ingin menyebut beberapa saja.

Intinya, penulis buku anak tidak harus menjadi seorang psikolog anak atau harus memahami terlebih dahulu teori-teori tentang psikologi anak. Tidak harus.

Menulis buku anak itu sulit, jadi jangan tambah dipersulit dengan syarat-syarat yang memang tidak perlu.

Kira-kira begitu.

Sunday, May 21, 2017

Lagi, Lagi, dan Lagi! Mengapa Anak-Anak Senang Repetisi?

www.noorhdee.com
(sumber: Getty Images/FatCamera)
Anak-anak tidak pernah bosan menonton film Zootopia berkali-kali, tidak pernah jenuh membaca buku seri Nabil dan Naura berulang kali, dan tidak pernah jemu mendengarkan lagu yang itu-itu saja dari waktu ke waktu.

Kenapa bisa begitu? Karena, anak-anak senang repetisi. Mereka senang melakukan hal yang sama secara berulang-ulang.

Mengapa anak-anak senang repetisi? Karena, repetisi atau pengulangan membuat mereka bisa melakukan prediksi atas apa yang akan terjadi nanti.

Anak-anak jadi bisa menebak apa yang nanti akan dilakukan oleh Judi Hopps, Nabil dan Naura, dan tokoh-tokoh cerita yang sudah mereka tonton atau baca berulang-ulang.

Anak-anak menyenangi segala hal yang sudah bisa mereka prediksi.

Itu sebabnya, salah satu hal yang diunggulkan dalam buku anak (khususnya picture books) adalah repetisi.

Buku-buku picture books yang terkenal pasti memiliki unsur repetisi di dalamnya. Tokoh-tokoh ceritanya melakukan aksi yang sama secara berulang-ulang sampai akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Anak-anak menyukai cerita-cerita semacam itu.

Selain itu, repetisi atau pengulangan ternyata adalah cara anak-anak untuk mempelajari sesuatu.

Repetisi membuat mereka mudah mengingat informasi yang telah mereka dapat sebelumnya. Semakin sering mereka membaca buku yang sama secara berulang-ulang, kecerdasan bahasa mereka semakin terasah.

Repetisi adalah cara mereka untuk menjadi seorang master atas segala sesuatu.

Jadi, ketika anak-anak kita minta dibacakan buku yang sama berulang-ulang, atau ingin menonton film kartun yang sama berkali-kali, alangkah baiknya kita jangan berkata, "Emang kamu enggak bosen apa? Cerita atau film yang lain saja, ya?"

Sebab, repetisi atau pengulangan adalah jalan bagi seorang anak untuk memahami dunia.[]

Thursday, May 4, 2017

Buku Anak Berwarna Hitam-Putih? Kenapa Tidak?


Sebelum menerbitkan kembali dua buku anak legendaris karangan Pak Raden, Seribu Kucing untuk Kakek dan Pedagang Peci Kecurian, kami (saya dan Mbak Suhindrati Shinta) diberitahu bahwa almarhum Pak Raden ingin ilustrasi di dalam bukunya tetap berwarna hitam-putih. Tidak usah diberi warna lain. Saat itu kami langsung setuju—meskipun kami belum tahu apakah anak-anak akan menyukainya atau tidak.

Singkat cerita, kedua buku itu pun terbit. Karena masih penasaran ingin tahu reaksi anak-anak seperti apa, saya langsung memberikan kedua buku itu kepada Najma, anak saya yang berusia lima tahun. Reaksi pertama dia adalah senang bukan main. Reaksi kedua dia adalah langsung minta dibacakan. Reaksi ketiga dia adalah terhibur dengan cerita dan gambar yang ada di dalam kedua buku tersebut. Dia sama sekali tidak protes, “Mengapa gambarnya tidak berwarna? Mengapa hanya hitam-putih?” Sama sekali tidak.

Beberapa hari kemudian saya bertanya kepada beberapa teman yang juga sudah membacakan buku Pak Raden kepada anak dan keponakan mereka, “Apakah anak-anak mempermasalahkan bukunya yang cuma berwarna hitam-putih?”  Mereka menjawab tidak.

Dari riset kecil-kecilan itulah akhirnya saya beranggapan bahwa keputusan Pak Raden untuk tetap mempertahankan gaya hitam-putih di buku-bukunya tidaklah keliru. Anak-anak sama sekali tidak mempersoalkan masalah warna. Mereka hanya fokus terhadap isi cerita dan masih tetap terhibur meskipun gambar-gambarnya berwarna hitam-putih.

Pak Raden tentu bukan orang sembarangan. Beliau adalah seorang seniman serba bisa: pendongeng, penggambar, dalang, pelukis, penulis, dan lain sebagainya. Ketika beliau memutuskan untuk tidak memberikan warna selain hitam-putih untuk buku Seribu Kucing untuk Kakek dan Pedagang Peci Kecurian, tentu ada alasannya.

Lagi pula, Pak Raden bukanlah satu-satunya seniman yang menggunakan gaya hitam-putih untuk buku-buku anaknya. Beberapa pemenang Coldecott pun ada yang seperti itu, salah satunya adalah buku The Invention of Hugo Cabret karya Brian Selznick, yang memenangkan Coldecott Medal pada 2008.

Jadi, meskipun warna-warna cerah selalu dijadikan andalan untuk menarik minat anak-anak, buku-buku anak yang bergaya hitam-putih pun masih bisa diandalkan dan masih sangat digemari oleh para pembaca pemula.[]

Wednesday, April 19, 2017

Tips Menulis Picture Books (bagian 3-habis)



Ini adalah artikel terakhir dari seri tips menulis picture books yang saya dapat dari acara loka karya SCBWI Indonesia.

Jika ingin membaca dua artikel sebelumnya, silakan baca Tips Menulis Picture Books (bagian 1) dan Tips Menulis Picture Books (bagian 2).

Kali ini kita akan membahas langkah-langkah  apa saja yang harus kita tempuh ketika ingin menulis picture books dan pertanyaan-pertanyaan penting seputar merevisi cerita.

Langkah-langkah ini tidak mesti berurutan. Kita bisa memulai dari mana saja. Namun, ketika ingin menulis picture books, kita akan melalui langkah-langkah ini.

Happy reading!

Permulaan ide: konsep/tema/topik

Temukan ide ceritamu. Ide cerita tentu saja bisa datang dari mana saja, toh? Tugas kita hanya memungutnya dengan cuma-cuma. Selain itu, buat konsep ceritamu. Temanya apa? Topik ceritanya apa?

Membuat struktur cerita: awal-tengah-akhir

Rencanakan dengan matang untuk memasukkan elemen-elemen ceritamu ke dalam struktur plot picture books kamu. Seperti apa awal-tengah-akhir ceritamu. Seperti yang sudah pernah saya bahas di artikel pertama, pikirkanlah awal dan akhir ceritamu, setelah itu bagian tengah ceritamu akan lebih mudah untuk ditemukan.

Menciptakan karakter yang memicu aksi dan membangkitkan emosi

Tidak ada karakter maka tidak akan ada cerita. Karakter adalah elemen yang akan membuat ceritamu hidup dan bernyawa. Apa yang membuat karakter itu menjadi ekemen penting untuk pengembangan ceritamu?

Menulis teks cerita

Saatnya menulis! Pilihlah gaya dan bahasa yang tepat untuk usia pembaca ceritamu. Tulislah dengan bahasa yang jernih dan jelas.

Merevisi cerita

Revisi, revisi, revisi! Tidak ada tulisan yang langsung jadi. True writing is rewriting. Menulis ulang adalah penulisan yang sesungguhnya. Baca kembali dengan saksama keseluruhan ceritamu dan jangan pernah ragu untuk merevisinya!

Draf final

Ini adalah akhir dari proses penulisanmu. Segalanya sudah beres di tahap ini. Sekarang adalah saatnya mengirim tulisanmu ke penerbit!

Sekian. Seperti itulah langkah-langkah penulisan picture books yang harus kita lalui.

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana kita tahu bahwa cerita kita butuh direvisi? Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang dibutuhkan ketika ingin merevisi cerita?

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan seputar merevisi cerita.

1. Apakah karakter cerita kita sudah cukup bersahabat dengan anak?
2. Apakah plot yang kita susun sudah cukup menarik bagi para pembaca anak?
3. Apakah cerita kita sudah cukup jernih alurnya dari awal, tengah, dan akhir?
4. Apakah bahasa yang kita tulis sudah sesuai untuk para pembaca pemula?
5. Akankah anak-anak akan mendapatkan kesenangan saat membaca cerita kita?

Demikianlah. Sekarang, saatnya menulis picture books-mu sendiri!

(Terima kasih kepada SCBWI Indonesia, Komite Buku Nasional, Litara, Alfredo Santos, dan para peserta loka karya lainnya!)

Monday, April 17, 2017

Tips Menulis Picture Books (bagian 2)



Artikel ini lanjutan dari Tips Menulis Picture Books (bagian 1)

Di tulisan sebelumnya saya sudah membahas elemen yang terdapat di picture books, pembuatan karakter, dan struktur plot.

Kali ini saya ingin membahas perangkat narasi yang saya dapatkan ketika mengikuti loka karya SCBWI beberapa hari lalu.

Ayo kita mulai!

Alfredo Santos mengenalkan beberapa perangkat narasi kepada peserta. Perangkat-perangkat narasi itu nantinya bisa dijadikan cara untuk bercerita.

Berikut adalah sembilan perangkat narasi yang bisa kamu gunakan untuk bercerita.

Slice of Lifecerita sehari-hari

Ciri-ciri perangkat narasi ini biasanya dimulai dengan kalimat "Pada suatu hari, hiduplah seorang anak kecil yang bernama ...." Cerita tentang kehidupan sehari-hari sang karakter.

Travelogue or journeyperjalanan atau petualangan

Cerita perjalanan atau pertualangan dari satu daerah ke daerah lain, dan memiliki tujuan yang harus dicapai.

Dream motivemotif mimpi

Cerita yang mengikutsertakan peran mimpi di dalamnya. Biasanya, si karakter tertidur dan akhirnya masuk ke dalam dunia mimpi.

Natural cyclesiklus alamiah

Cerita yang di dalamnya membahas siklus alamiah seperti perubahan cuaca, perubahan siang dan malam, atau perjalanan air hujan.

Metamorphosismetamorfosa

Cerita yang di dalamnya mengulas perubahan sang karakter, seperti kecebong menjadi katak, ulat menjadi kupu-kupu, dan lain-lain.

Problem solvingpenyelesaian masalah

Dalam cerita ini, sang karakter akan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Jangan biarkan peran orang dewasa membantu sang karakter seperti yang terdapat dalam cerita-cerita anak di Indonesia pada umumnya.

Trick deviceperangkat trik

Sang karakter akan menggunakan trik atau cara untuk mengalahkan sang kompetitor, seperti cerita kancil dan buaya.

Cause and effectsebab-akibat

Cerita jenis ini mengandung unsur sebab-akibat. Misalnya sang karakter tidak pernah mau menggosok gigi setiap kali ingin tidur, akhirnya dia pun sakit gigi.

Numerical sequences or patterns

Cerita-cerita yang didalamnya bertujuan untuk mengenalkan konsep-konsep tertentu, seperti konsep warna, bentuk, angka, dan lain-lain. Buku-buku yang di dalamnya terdapat langkah-langkah memasak juga termasuk.

Begitulah sembilan perangkat narasi yang bisa kita gunakan ketika ingin menulis picture books. Pilihlah yang sesuai dengan karakter buatan kita. Namun, harap diingat, semua perangkat narasi di atas tidak akan berguna jika konsep karakter buatan kita masih belum tergarap dengan baik.

Sekian dulu, ya. Di lain kesempatan saya akan membahas langkah-langkah menulis picture books dan pertanyaan-pertanyaan seputar merevisi cerita.

Tunggu saja, ya.

(bersambung)

Friday, April 14, 2017

Tips Menulis Picture Books (bagian 1)



Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya selama tiga hari mengikuti acara lokarkarya: The Art of Creating Narratives for Picture Books With Alfredo Santos yang diselenggarakan oleh SCBWI Indonesia dan Komite Buku Nasional.

Here we go!

Elemen Cerita Picture Books

Sebagaimana karya prosa pada umumnya, picture books pun memiliki elemen cerita, seperti karakter, plot, konflik, dan tema.

Karakter adalah tokoh dalam cerita yang bisa berupa manusia, hewan, peri, monster, robot, dan lain-lain.

Plot adalah rangkaian cerita sebab akibat yang memiliki struktur awal, tengah, dan akhir.

Konflik adalah sebuah masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh sang karakter.

Tema adalah sebuah pokok atau gagasan atau ide pikiran dari sebuah cerita yang dituliskan.

Karakter dalam Picture Books

Karakter haruslah memiliki objective atau tujuan (aku ingin …) dan motivasi (aku inginkarena …).

Jika ingin menciptakan karakter cerita yang bagus, berikanlah karakter itu tujuan dan motivasi yang jelas dan konkret.

Misal, sang karakter adalah seekor ulat kecil yang ingin makan banyak karena perutnya sangat kelaparan. Ini adalah karakter yang terdapat dalam picture books The Very Hungry Caterpillar karya Eric Carle.

Karakter yang memiliki keinginan akan melahirkan sebuah aksi.

Karakter 3 Dimensi

Menurut Alfredo Santos, karakter yang baik biasanya memiliki tiga dimensi: fisik, eksternal, dan internal.

Dimensi fisik adalah segala hal yang berkaitan dengan fisik si karakter: tubuhnya, wajahnya, rambutnya, gaya berjalannya, dan lain sebagainya.

Dimensi eksternal adalah segala hal yang berada di luar diri si karakter: orangtuanya, keluarganya, teman-temannya, lingkungannya, dan lain sebagainya.

Dimensi internal adalah segala hal yang berada di dalam diri si karakter: sifatnya, harapannya, kelebihannya, kekurangannya, dan lain sebagainya.

Struktur Plot Picture Books

Picture books memiliki struktur plot yang bisa dibilang serupa dengan struktur plot dalam prosa pada umumnya, yaitu terdiri dari awal, tengah, dan akhir.

Ketika ingin menulis cerita picture books, Alfredo meminta kami untuk memikirkan awal dan akhir cerita. Awal ceritanya seperti apa. Akhir ceritanya seperti apa. Jika keduanya sudah ada dan terkonsep dengan baik, bagian tengah ceritanya akan lebih mudah ditulis.

Alfredo juga membagi struktur plot menjadi lebih rinci lagi, yaitu set up, rising action, climax, falling action, dan resolution.

Set up adalah awal cerita yang menggambarkan karakter lengkap dengan tujuan dan motivasinya sehingga pembaca bisa langsung memahami apa keinginan karakter tersebut.

Rising action adalah serangkaian tindakan atau peristiwa yang menggerakkan cerita hingga mencapai climax.

Climax adalah sebuah titik balik atau titik tertinggi dari sebuah masalah yang sedang dihadapi oleh sang karakter.

Falling action adalah sebuah fase ketika karakter telah menyelesaikan masalahnya, klimaks telah terlewati, dan sedang meluncur menuju ke arah resolusi.

Resolution adalah akhir dari sebuah cerita. Apakah karakter berhasil meraih keinginannya atau gagal meraih keinginannya ada di sini.

Jika digambar, bentuk struktur plot di atas akan menyerupai sebuah gunung seperti yang terlihat di bawah ini:



Sampai di sini dulu catatan ini saya buat. Berikutnya saya akan membahas perangkat narasi, langkah-langkah menulis picture books, dan pertanyaan-pertanyaan seputar revisi cerita, yang saya dapatkan ketika mengikuti loka karya tersebut.

Semoga bermanfaat.

baca lanjutannya: Tips Menulis Picture Books (bagian 2)

Saturday, April 8, 2017

Beragam Kategori Buku Anak


Di negara-negara maju, buku-buku anak memiliki kategori yang memiliki ciri khas dan formatnya masing-masing.

Tujuan kategorisasi itu adalah untuk memudahkan para orangtua yang ingin membelikan buku untuk anaknya agar sesuai dengan kemampuan dan usia si anak.

Selain itu, pemahaman mengenai kategori buku anak juga bermanfaat bagi para penulis cerita anak ketika ingin menulis sebuah naskah. Penulis tinggal memilih ingin menulis untuk kategori buku anak yang mana.

Di sini saya ingin membahas beberapa kategori buku anak yang sudah dikenal di negara-negara maju.

Oke, mari kita mulai.

Board Book & Concept Book—(0-3 tahun)

Board book adalah buku yang kertas halamannya tebal. Karena anak yang masih berusia dini adalah monster kecil yang mampu “merusak” segalanya, format ini cocok sekali sebab tidak mudah robek, tidak cepat rusak, dan tahan lama.

Ciri khas board book:
  • Cerita sangat sederhana. Bahkan buku konsep (concept book) tidak perlu cerita. Hanya pengenalan warna, bentuk, benda-benda, abjad, angka, dan semacamnya.
  • Terdiri dari 0-100 kata, dan satu halaman biasanya kurang dari 10 kata.
  • Jika bentuknya cerita, biasanya tokoh cerita adalah seorang anak kecil atau seekor hewan.
  • Memakai sudut pandang orang ketiga.
  • Plot hampir tidak ada. Bahkan hampir tidak ada konflik. Hanya menceritakan keseharian anak seperti bangun tidur, mandi, berpakaian, dll.

Picture Books—(3-8 tahun)

Definisi singkatnya, picture book adalah buku anak yang sangat mementingkan peran ilustrasi. Ilustrasi di dalam picture book bukan sebatas dekorasi semata, melainkan juga bagian dari cerita. Tanpa ilustrasi, cerita di dalam picture book tidak akan tersampaikan dengan sempurna. Teks dan ilustrasi dalam picture book adalah sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Ciri khas picture book:
  • Biasanya terdiri dari 1000 kata, tapi lebih sering 500-600 kata atau bahkan kurang.
  • Rata-rata tebal bukunya 24 s/d 32 halaman.
  • Ilustrasi pada setiap halaman memiliki peran yang serupa dengan teks cerita.
  • Tokoh cerita adalah anak-anak, biasanya seumuran dengan anak pra-sekolah atau TK. Kadang hanya memiliki satu atau dua protagonis. Sering juga tokoh cerita adalah non-manusia, seperti hewan, buah-buahan, sayur-sayuran, monster, dan lain sebagainya. Tokoh cerita harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri alias tidak membutuhkan bantuan orang dewasa. 
  • Biasanya memakai sudut pandang orang ketiga.
  • Plot selalu linear: awal, tengah, dan akhir. Perkenalan tokoh cerita, perkenalan masalah, klimaks, dan penyelesaian masalah. Tidak ada subplot. Tidak ada kilas balik (flashback).
  • Akhir cerita biasanya selalu bahagia atau positif.
  • Sering digunakan untuk read aloud (dibacakan oleh orang dewasa).
  • Selalu ada repetisi adegan atau perulangan adegan.

Early Reader—(6-8 tahun)

Atau biasa disebut Easy Reader atau Easy-to-Read. Buku ini tujukan untuk anak-anak yang baru saja mencoba belajar untuk membaca sendiri. Kebanyakan buku ini lebih untuk keperluan belajar membaca anak di rumah.

Ciri khas early reader:

  • Setiap halamannya terdapat ilustrasi berwarna seperti picture book, tapi formatnya lebih dewasa.
  • Ukuran buku lebih kecil dari picture book
  • Rata-rata tebal bukunya 32 s/d 64 halaman.
  • Rata-rata hanya 2-5 kalimat per halaman.
  • Cerita lebih banyak disampaikan lewat aksi dan dialog, yang berarti minim narasi.

Chapter Book—(7-10 tahun)

Buku ini adalah untuk anak-anak yang ingin beranjak dari kategori early reader menuju novel. Bisa dibilang buku ini adalah novel ringan untuk anak. Dinamakan chapter book karena cerita dalam buku ini dipecah menjadi beberapa chapter atau bab.

Ciri khas chapter book:

  • Teks sudah mulai dominan dan ilustrasi sudah mulai banyak berkurang.
  • Ilustrasi hanya untuk dekorasi cerita semata.
  • Rata-rata tebal bukunya 45 s/d 60 halaman, tapi ada juga yang mencapai 100-an halaman.
  • Setiap bab terdiri dari 3-4 halaman.
  • Kalimatnya mulai rumit tapi paragrafnya tetap pendek.
  • Setiap bab seringnya diakhiri di tengah-tengah adegan agar pembaca penasaran dan membuka halaman selanjutnya.
  • Sering terdapat humor yang membuat pembaca tertawa.

Kira-kira seperti itulah beberapa kategori buku anak yang terdapat di negara-negara maju. Sebenarnya masih ada dua kategori lagi, Middle Grade dan Young Adult, tetapi dua kategori itu sudah masuk kategori buku remaja.

Semoga bermanfaat.

Sumber bacaan:
1. http://www.writing-world.com/children/genres.shtml
2. http://www.findmeanauthor.com/childrens_fiction_genre.htm
3. http://writeforkids.org/2015/12/understanding-childrens-book-categories/

Sunday, April 2, 2017

Tips Membaca Buku Cerita Bersama Anak



Sebelumnya saya sudah membahas beberapa manfaat membacakan cerita untuk anak, kali ini saya ingin membagi beberapa tips membaca buku cerita bersama anak.

Hal pertama yang harus diingat adalah kita sebagai orangtua tidak perlu pandai mengarang cerita. Kita bisa mengisahkan sebuah cerita yang sudah ada atau dari buku cerita yang sudah ditulis oleh orang lain. Hal tersebut jauh lebih mudah dilakukan karena kita tidak perlu lagi repot-repot memikirkan tema, tokoh, dan konflik cerita.

Oke, berikut beberapa tips membaca buku cerita bersama anak.

Pilih waktu yang tepat

Biasanya waktu yang paling asyik untuk membacakan buku cerita adalah malam hari, tepatnya ketika anak sudah ingin beranjak tidur. Saat-saat semacam itu biasanya sudah cukup kondusif. Televisi sudah dimatikan, gawai sudah diistirahatkan, dan mainan sudah dirapikan.

Biarkan anak memilih buku cerita yang dia inginkan

Tanyakan kepada anak, “Malam ini mau dibacakan buku cerita apa?” Pastikan stok buku cerita memang sudah tersedia di rak buku. Biasanya anak-anak akan senang mendengar cerita pilihan mereka sendiri.

Mulailah dari sampul buku terlebih dahulu

Setiap sampul buku cerita tentu terdapat ilustrasi dan juga informasi seperti judul cerita, nama pengarang, dan nama pembuat ilustrasinya. Sebutkan semua informasi itu kepada anak. Tujuannya adalah agar si anak terbiasa untuk berpikir dan mengasosiakan antara judul dengan gambar, juga agar si anak tahu bahwa cerita itu adalah karangan orang lain. Penyebutan nama pengarang dan ilustrator adalah sebagai bentuk apresiasi kepada mereka yang telah membuat buku tersebut.

Mulailah bercerita dengan penuh ekspresi

Anak-anak adalah makhluk yang lekas bosan. Itu sebabnya, agar mereka senang dibacakan buku cerita, bacalah dengan penuh ekspresi. Jangan membaca datar seperti pembawa acara berita di televisi. Atur suara dan ekspresi sesuai dengan adegan yang berlangsung. Intinya harus pandai-pandai mengelola suara agar pembacaan cerita tetap seru dan menyenangkan. Usahakan suara antartokohnya dibuat berbeda, agar cerita berlangsung dengan sangat dinamis dan tidak membosankan.

Jangan takut melakukan improvisasi

Buku anak terkadang ada yang kalimatnya panjang-panjang dan rumit. Kalau bertemu dengan buku seperti itu, jangan takut untuk melakukan improvisasi. Jangan ikuti teks yang ada di buku, tetapi buatlah kalimatmu sendiri yang sekiranya sesuai dengan cerita yang sedang berlangsung.

Baca cerita sambil menunjuk gambar

Buku cerita anak biasanya memiliki ilustrasi atau gambar yang memenuhi setiap halaman. Berceritalah sambil menunjuk gambarnya. Biarkan anak mengeksplorasi dan menginvestigasi gambar-gambar tersebut

Biarkan anak menginterupsi cerita

Anak-anak adalah makhluk yang paling penasaran sedunia. Jika ada satu atau dua kata yang mereka belum mengerti, mereka pasti akan langsung menanyakannya. Jika ada satu atau dua gambar yang membuat mereka bingung, mereka pasti akan menghentikan ceritanya dan mulai banyak bertanya. Sebagai orangtua yang baik, jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang mudah dicerna oleh anak-anak.

Selesai membacakan buku cerita, ajak anak berdiskusi sebentar

Setelah tuntas membacakan buku cerita, ajaklah anak untuk berdiskusi sebentar mengenai isi buku. Buku ini bercerita tentang apa? Apa saja yang tadi dilakukan oleh tokoh cerita? Apakah kamu menyukai cerita ini? Kalau suka, kenapa? Kalau tidak suka, kenapa?

Tutup buku cerita sambil mengecup kening anak

Setelah selesai berdiskusi, tutuplah buku dan kecuplah kening si anak. Jadikan proses kegiatan membaca buku cerita itu sebagai kegiatan yang akan membuat hubungan orangtua dan anak semakin erat dan harmonis.

Demikianlah beberapa tips membaca buku cerita bersama anak yang bisa saya bagi di dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat dan semoga tetap bersemangat membacakan buku cerita!

Saturday, April 1, 2017

Beberapa Manfaat Membacakan Cerita untuk Anak



Setiap anak menyukai beragam cerita—entah itu cerita rakyat, dongeng, fabel, kisah putri-putri kerajaan, cerita superhero, bahkan sampai cerita tentang sejarah nabi.

Anak-anak akan berbinar-binar matanya ketika mendengar orangtua mereka berkata, "Ayah punya cerita baru!", atau, "Mau Bunda bacakan cerita?"

Anak-anak adalah tipe pendengar cerita yang aktif. Mereka akan membangun sebuah dunia imajinasi dari setiap cerita yang mereka dengar. Itu sebabnya mereka akan terlihat tegang ketika mendengar si tokoh cerita sedang mengalami masalah, dan akan berteriak kegirangan ketika mengetahui si tokoh cerita berhasil mengatasi masalah tersebut.

Anak-anak menyukai cerita karena setiap cerita menawarkan pengalaman yang menyenangkan untuk mereka.

Meskipun terlihat sepele, sebenarnya kegiatan bercerita kepada anak itu memiliki beragam manfaat yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak keuntungan yang didapat dari kegiatan sederhana itu.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Mempererat hubungan orangtua dan anak

Manfaat yang satu ini tidak bisa dipungkiri lagi. Kegiatan membacakan cerita kepada anak akan membuat hubungan orangtua dan anak semakin erat. Sebab, selalu ada interaksi satu sama lain, dan komunikasi yang terjalin akan semakin baik.

Meningkatkan kecerdasan bahasa anak

Bercerita adalah sebuah kegiatan yang menggunakan peran bahasa.  Membacakan cerita berarti mengenalkan bahasa. Semakin dini seorang anak dibacakan cerita, semakin cepat anak itu memahami bagaimana sistem bahasa itu bekerja. Selain itu, kosa kata si anak juga akan semakin banyak bertambah.

Meningkatkan kecerdasan emosi anak

Setiap cerita selalu menghadirkan peristiwa, dan setiap peristiwa selalu menghadirkan beragam perasaan seperti senang, sedih, marah, takut, dan lain semacamnya. Anak-anak juga bisa belajar mengenal emosi dari si tokoh cerita. Apa yang dirasakan dan dilakukan si tokoh ketika sedang senang, sedih, marah, takut, dan lain semacamnya. Anak-anak akan belajar mengenali dan mengelola emosi dari setiap cerita yang mereka dengar

Meningkatkan kecerdasan sosial anak

Anak-anak bisa memahami dunia lewat cerita. Mereka juga akhirnya akan memahami bahwa dunia adalah tempat manusia berinteraksi. Dari sanalah mereka akan tahu bahwa setiap tindakan selalu memiliki konsekuensi. Tokoh cerita yang menyenangkan akan memiliki banyak teman, tokoh cerita yang menyebalkan akan dijauhi banyak orang, tokoh cerita yang baik akan selalu menang, dan tokoh cerita yang jahat akan selalu kalah. Melalui cerita-cerita itulah mereka akan belajar bagaimana menjalani hidup sebagai makhluk sosial.

Meningkatkan kecerdasan spiritual anak

Cerita-cerita tentang sejarah nabi adalah cerita yang juga sangat digemari oleh anak-anak. Peristiwa-peristiwa menakjubkan seperti ketika Nabi Musa membelah lautan menjadi dua, Nabi Yunus ditelan ikan paus, Nabi Nuh membangun perahu raksasa yang di dalamnya terdapat berpasang-pasang hewan, juga ketika Nabi Muhammad membelah rembulan, akan membuat anak-anak terpesona. Selain menakjubkan, cerita-cerita sejarah nabi tersebut juga menawarkan sebuah ajaran ketuhanan. Anak-anak akan mengetahui betapa berat ujian yang ditempuh para nabi untuk membela agama Allah, dan anak-anak juga akan semakin meyakini betapa hebat dan kuasanya Allah karena telah menciptakan alam semesta beserta isinya.

Begitulah beberapa manfaat dari kegiatan membacakan cerita kepada anak-anak yang bisa saya sampaikan. Tentu saja banyak manfaat yang terlewat oleh saya dan tidak tercatat di sini, tetapi setidaknya saya hanya ingin mengabarkan bahwa cerita bukanlah sebuah perbuatan sia-sia yang membuang-buang waktu.

Semoga bermanfaat.

*Sumber foto: http://www.express.co.uk/news/uk/556928/Parents-too-tired-read-their-children-bedtime-story

Thursday, March 30, 2017

Memilih Buku untuk Anak



Setiap orangtua tentu ingin memberikan pilihan yang terbaik untuk anak-anaknya. Entah itu pakaian, mainan, lembaga pendidikan, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin mereka akan mencari tahu terlebih dahulu, memikirkannya secara masak-masak, sebelum akhirnya mereka mengambil sebuah keputusan. Intinya, bagi orangtua, memberikan sesuatu kepada anak-anak bukanlah sesuatu hal yang main-main. Ada pergulatan yang intens di sana. Memilih adalah perkara yang serius.

Begitu pula ketika memilih sebuah buku untuk anak, para orangtua tentu tidak ingin memilih buku yang sembarangan. Mereka ingin memilih buku-buku yang dapat memberikan manfaat dan kesenangan bagi si anak. Mereka ingin memilih buku-buku yang dapat memberikan pengaruh baik bagi si anak. Mereka ingin memilih buku-buku yang anak-anak mereka pun akan menyukainya. Intinya, mereka ingin memilih buku yang tepat bagi si anak.

Masalahnya, caranya bagaimana? Nah. Pertanyaan sederhana inilah yang sering membuat orangtua kebingungan. Bagaimana cara memilih buku yang tepat untuk anak?

Dalam buku Essentials of Children's Literature, disebutkan cara bagaimana memilih buku untuk anak: pertama, kenali anaknya; kedua, kenali bukunya.

Kenali anaknya

Orangtua yang baik tentu sudah mengetahui minat dan bakat anaknya. Dengan mengetahui minat dan bakat anaknya, tentu hal itu bisa lebih memudahkan orangtua ketika ingin memilih buku.

Buku-buku anak saat ini bisa dibilang sangat beragam, baik format ataupun temanya. Ada yang formatnya boardbook , ada juga yang kertas biasa. Ada yang bertemakan sejarah, sains, bahkan agama. Pilihlah buku-buku yang sekiranya sesuai dengan minat dan bakat anak.

Selain itu, orangtua juga setidaknya sudah bisa mengetahui tingkat kemampuan membaca si anak. Tingkat kemampuan membaca seorang anak bukan ditentukan oleh usia. Ada anak yang sudah bisa membaca di usia 4 tahun, tetapi ada juga anak yang belum bisa membaca meskipun sudah berusia 6 tahun. Itu sebabnya, tolok ukur yang pas untuk menentukan kategori bacaan anak adalah dengan cara leveling atau penjenjangan sesuai dengan perkembangan anak—mari kita doakan semoga penyusunan leveling atau penjenangan buku anak dan remaja yang saat ini sedang digodok oleh Dikbud bisa segera diselesaikan. Dengan mengetahui tingkat kemampuan membaca si anak, tentu akan lebih memudahkan orangtua dalam memilih buku.

Kenali bukunya

Orangtua yang gemar membaca buku anak dan sudah akrab dengan beragam genre buku anak tentu sudah bisa menilai seperti apakah buku yang tepat untuk anaknya.

Hal-hal teknis yang bisa orangtua terapkan ketika memilih buku adalah tingkat keterbacaan bukunya (apakah kata-kata yang dipakai dalam buku itu adalah kata-kata yang umum atau tidak umum), struktur kalimatnya (apakah kalimatnya pendek-pendek dan sederhana atau panjang-panjang dan rumit). Pilihlah yang sekiranya sesuai dengan tingkat kemampuan membaca si anak. Selain itu, pemilihan jenis font mungkin bisa juga dijadikan acuan. Apakah jenis font-nya sudah sesuai dengan karakter bukunya. Misal, buku balita lebih cocok dengan jenis font yang tidak berkait atau font sanserif. 

Kira-kira seperti itu.[]

*sumber gambar: http://www.wavetomummy.com/2015/12/how-to-grow-love-of-reading-in-toddlers.html

Search This Blog

Arsip Blog

Powered by Blogger.

Saya adalah seorang editor buku anak di Noura Publishing. Saya telah membidani beberapa seri buku anak, seperti Seri Sepatu Dahlan (picture book), Spooky Stories (chapter book), Holidaylicious (chapter book), Duet Series (chapter book), Seri Anak Hebat (board book), dan Bacaan Anak Muslim (buku anak Islami).