Sebelum menerbitkan kembali dua buku anak legendaris karangan Pak Raden, Seribu Kucing untuk Kakek dan Pedagang Peci Kecurian, kami (saya dan Mbak Suhindrati Shinta) diberitahu bahwa almarhum Pak Raden ingin ilustrasi di dalam bukunya tetap berwarna hitam-putih. Tidak usah diberi warna lain. Saat itu kami langsung setuju—meskipun kami belum tahu apakah anak-anak akan menyukainya atau tidak.
Singkat cerita, kedua buku itu pun
terbit. Karena masih penasaran ingin tahu reaksi anak-anak seperti apa, saya
langsung memberikan kedua buku itu kepada Najma, anak saya yang berusia lima tahun.
Reaksi pertama dia adalah senang bukan main. Reaksi kedua dia adalah langsung
minta dibacakan. Reaksi ketiga dia adalah terhibur dengan cerita dan gambar yang
ada di dalam kedua buku tersebut. Dia sama sekali tidak protes, “Mengapa gambarnya
tidak berwarna? Mengapa hanya hitam-putih?” Sama sekali tidak.
Beberapa hari kemudian saya
bertanya kepada beberapa teman yang juga sudah membacakan buku Pak Raden kepada
anak dan keponakan mereka, “Apakah anak-anak mempermasalahkan bukunya yang cuma
berwarna hitam-putih?” Mereka menjawab
tidak.
Dari riset kecil-kecilan itulah
akhirnya saya beranggapan bahwa keputusan Pak Raden untuk tetap mempertahankan
gaya hitam-putih di buku-bukunya tidaklah keliru. Anak-anak sama sekali tidak
mempersoalkan masalah warna. Mereka hanya fokus terhadap isi cerita dan masih tetap
terhibur meskipun gambar-gambarnya berwarna hitam-putih.
Pak Raden tentu bukan orang sembarangan.
Beliau adalah seorang seniman serba bisa: pendongeng, penggambar, dalang,
pelukis, penulis, dan lain sebagainya. Ketika beliau memutuskan untuk tidak
memberikan warna selain hitam-putih untuk buku Seribu Kucing untuk Kakek dan
Pedagang Peci Kecurian, tentu ada alasannya.
Lagi pula, Pak Raden bukanlah
satu-satunya seniman yang menggunakan gaya hitam-putih untuk buku-buku anaknya.
Beberapa pemenang Coldecott pun ada yang seperti itu, salah satunya adalah buku
The Invention of Hugo Cabret karya Brian Selznick, yang memenangkan Coldecott
Medal pada 2008.
Jadi, meskipun warna-warna cerah
selalu dijadikan andalan untuk menarik minat anak-anak, buku-buku anak yang bergaya
hitam-putih pun masih bisa diandalkan dan masih sangat digemari oleh para
pembaca pemula.[]